Rabu, 17 Desember 2008

Koalisi Strategis Islam, Bukan Poros Tengah Jilid II



PERSDA/BIAN HARNANSA
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin (kanan) menerima cenderamata dari Ketua Umum DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Jenderal TNI (Purn) Wiranto, di Jakarta, Kamis (24/1). Wiranto maupun Din menyatakan pertemuan tersebut hanya silaturahmi saja, untuk menepis anggapan acara tersebut merupakan konsolidasi menjelang Pemilihan Presiden 2009.



JAKARTA,MINGGU-Koalisi strategis partai Islam, atau partai berbasis mass Islam, bukanlah bentuk poros tengah jilid II. Penyamaan makna keduanya, merupakan distorsi yang menyesatkan.

"Telah terjadi distorsi makna gagasan yang sebenarnya, yang saya maksudkan adalah perlunya koalisi strategis di antara partai-partai Islam dan berbasis massa Islam dalam menghadapi persoalan strategis kebangsaan . Jadi tidak hanya soal pilpres. Karena terkesan selama ini mereka berbeda satu sama lain, padahal sama-sama mengaitkan diri dengan Islam. Sebagai akibatnya umat di lapis bawah bingung dan terpecah, " ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin di Jakarta, Minggu (14/12) malam.

Din menambahkan, kondisi yang membingungkan umat ini, tentu tidak positif bagi citra politik Islam dan konsolidasi demokrasi Indonesia. "Jadi gagasan koalisi strategis ini berjangka panjang, sebagai pola hubungan antara partai-partai Islam dan berbasis massa Islam tanpa harus melebur eksistensi mereka," katanya.

Koalisi strategis ini, menurut Din, juga untuk memudahkan komunikasi bahkan komunikasi dengan lingkaran-lingkaran politik lain dalam rangka membangun Simpul Lingkaran Kebangsaan yang diperlukan Indonesia yang majemuk. Koalisi Strategis ini justru untuk memudahkan pencairan dikotomi politik nasionalis berhadapan Islam, yang sudah tercipta sejak dulu dan masih ada dengan adanya partai-partai Islam dewasa ini.

"Kalau poros umat berhubungan dengan orang- perorang, tapi Koalisi Strategis berhubungan dengan bentuk komunikasi antarpartai. Bisa dikaitkan dengan pilpres untuk meningkatkan political leverage partai Islam, karena kalau jalan sendiri-sendiri, partai Islam ini hanya menjadi pelengkap penyerta kalau tidak sebagai pelengkap penderita dari kekuatan politik lain, " ujar Din yang menambahkan bahwa hanya partai yang tidak mau mengamalkan ajaran ukhuwah dan silaturrahim, atau partai yang terlalu kuat egoisme kepartaian saja yang menolak ajakan moral ini.

Tidak ada komentar: